Sunday, August 31, 2014

Hospitalis: Bersantap Unik di Rumah Sakit

Bayangkan berada di sebuah ruangan yang berisi para suster dan dokter berlalu lalang, namun alih-alih mengobati pasien, rupaya mereka tengah melayani hidangan-hidangan lezat di meja pengunjung. Ada apa sebenarnya? 

Ialah Hospitalis, sebuah spot kuliner terbaru yang membawa angin segar melalui konsep unik yang diusungnya. Sesuai namanya, ia sengaja dibentuk dengan atmosfer yang menyerupai rumah sakit pada umumnya. Ya, Anda akan dibuat takjub oleh pemandangan restoran yang tidak biasa, seperti para pelayan dalam dandanan ala suster, dokter, atau ahli bedah lengkap dengan stetoskop yang menggantung di leher, lampu-lampu gantung persis seperti di ruangan operasi, hingga meja berlapis cermin. Beberapa gambar yang terpajang di dinding memperlihatkan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, seperti eye test dan anatomi tubuh yang mengingatkan pada pelajaran sekolah dulu. Menarik, bukan?



Setelah berkeliling memanjakan mata dengan interior yang ada, saya pun memilih duduk di sebuah ‘kursi roda’ pada bagian pojok. Nampaknya keunikan restoran yang terinspirasi oleh tempat-tempat makan tematik di Jepang ini telah menjadi daya tarik yang cukup kuat. Meskipun ia baru resmi dibuka Mei silam, pada saat itu jumlah pengunjung yang datang sudah mencapai waiting list. Totalitas konsep boleh diacungi jempol, lalu, bagaimana dengan hidangan yang disajikan? Untuk mengusir rasa penasaran, segeralah saya memilah milih beberapa menu yang kabarnya menjadi favorit.

Rupanya, Hospitalis memilih kategori Asian dan Western yang mendasari mayoritas menunya. Secara garis besar pilihannya cukup familiar, seperti tapas, salad, sushi, burger, hingga aneka sup. Lagi-lagi, keunikannya terletak pada cara penyajiannya! The Hottie Chicken Boneless adalah yang pertama hadir di hadapan. Ayam rica-rica tanpa tulang ala Hospitalis terhidang diatas tempat makan yang terbuat dari besi, lengkap beserta ginger rice, telur mata sapi, dan salad. Sebagian besar makanan memang tersaji di tempat yang menyerupai wadah peralatan dokter tersebut. Tak terkecuali untuk salah satu menu yang juga unggul, Salsa Salmon Chacha, yaitu salmon panggang dengan baluran tomato salsa sauce. 



Tampilan kreasi minumannya tentu tak kalah menarik. Terpopuler adalah Mexican Blood Transfusion yang dihadirkan dalam kantung infus berikut tiangnya. Warna merah darah yang pekat semakin membuat cocktail ini begitu dramatis. Ada pula mocktail Local Anesthetic yang tersaji dengan suntikan dan campuran fruity caviar. Nama-nama minuman yang tergolong dalam kategori Molecular and Gastronomy Cocktail/Mocktail ini memang sanggup membuat bergidik, seperti Lobotomy, Tumor Removal, Ultrasound, dan Outpatient. Namun cara penempatan yang kreatif membuat mereka pas sekali untuk menjadikan acara kumpul-kumpul bersama teman semakin seru. 


(Those blue tiny and bubbly 'caviars' are so chewy in your mouth)


Restoran yang turut dilengkapi oleh bar dan open kitchen ini turut menyiapkan liquor, beer, hingga wine. Maka untuk Anda yang bertujuan menghabiskan waktu sekaligus menambah pengalaman unik dalam bersantap, rasa-rasanya Hospitalis patut dimasukan ke dalam daftar. Selamat mencoba!



(photos by: Hardiman Widjaseno)



Hospitalis
Jl K.H Ahmad Dahlan No. 31, Jakarta Selatan
Ph: 021 97826123
Opening hours: 11.00 - 01.00
Price range: Rp 30.000 - Rp 85.000
Twitter: @hospitalisjkt

LUC Bar & Grill: The New Good Companion

Berada di LUC Bar & Grill akan membawa Anda ‘berkelana’ ke pekatnya suasana bar-bar bergaya barat. Konsep industrial dengan sentilan rustic terasa dominan. Lampu penerangan yang sengaja dibuat agak redup pun terasa lebih bernyawa melalui iringan tawa kecil kumpulan-kumpulan pengunjung di berbagai sudut. Tempat yang namanya diambil dari nama seorang pria asal Perancis yang berarti ‘menguntungkan’ ini memiliki 4 jenis areal berbeda. Mereka terbagi atas smoking area, non-smoking area, Wine cellar area dengan kapasitas terbatas, dan tentunya Bar area yang masih menjadi favorit mayoritas pengunjung demi melepas penat lewat segelas minuman racikan sang bartender. 

Di bar ini pula lah aneka Whisky koleksi LUC terpajang, Mereka berasal dari Skotlandia, Irlandia, hingga Jepang. Ya, LUC mengendepankan pure whisky yang tidak diracik dengan apapun, dan Anda dapat menikmatinya per gelas. Untuk alternatif lain, ada pula whisky ‘Single Malt’ yang dapat dicoba. Maka, tidak perlu repot-repot membeli whisky botolan lagi, kan?


 
Konsistensi LUC juga terlihat dari pilihan menu-menu makanan yang sengaja ditunjuk sebagai pendamping tepat segelas whisky. Dapat ditebak, utamanya adalah hidangan steak. Variasinya terbilang lengkap, sebutlah Rib Eye, Sirloin, Grilled Ramb Rack, Salmon, Pork Ribs, hingga Foie Gras tersedia disini. Jika Anda datang beramai-ramai, Anda pun dapat memilih ukuran porsi mulai dari perfect, fit, comfy, dan terakhir superb, yaitu sajian steak 600gr yang dapat dinikmati sampai 4 atau 5 orang sekaligus. Keistimewaan steak racikan LUC Bar & Grill terletak pada tesktur daging super juicy dengan resapan bumbu minimalis di dalamnya. Namun jangan salah, setiap potongnya sudah terasa gurih dan nikmat! 



Side dish yang disiapkan pun tidak melulu mashed potato atau sayur-sayuran. Anda berkesempatan untuk mencoba si unik  Saute Mushroom with Garlic, dimana tumpukan jamur berukuran gemuk terbungkus oleh adonan keju parmesan yang menyerupai pangsit. Sedangkan pilihan saus steak-nya sendiri cukup beragam, diantara lain ada Blue cheese, Basil Pesto, dan yang kerap menjadi juara, BBQ.


Terlepas dari itu, LUC Bar & Grill tetap menyajikan house signature cocktails yang siap menjadi  teman kala bersantai. Setiap nama memiliki karakter tersendiri. Sexy Bulldog misalnya, cocktail berjudul provokatif ini ternyata bercita rasa feminin berkat paduan lemon juice dan pomegranate syrup, namun tetap menghasilkan ‘tendangan’ yang cukup kuat dari kandungan Gin di dalamnya.


(See the nice gradient colors from green to chocolate? It's my favorite drink at this place, called Chocolate Mint, and I'm even literally craving for it while writing this now because IT'S SO GOOD AND CREAMY AND REFRESHING AHHH)


Overall, LUC Bar & Grill adalah tambahan spot menarik yang patut dipertimbangkan ketika Anda ingin rehat sejenak dari padatnya rutinitas sehari-hari. Jangan lewatkan pula program happy hour yang sering diadakan pada hari-hari kerja (Senin – Jumat), seperti buy 1 get 1 beer/whisky, dan sebagainya.


(photos by: Hardiman Widjaseno)


Luc Bar & Grill
Jl Wolter Monginsidi no. 33
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Ph: 021 7206366
Opening hours: 10.30 – 00.00
Average spending: Rp 200.000 – Rp 250.000 for each person
Twitter: @lucjakarta

Trafique Coffee: Working Space with Coffee Experience

berburu coffee shop yang nyaman sekaligus dilengkapi oleh kopi berkualitas kerap menjadi tantangan menarik tersendiri. baru-baru ini, saya berhasil menemukan satu spot ideal yang menjawab pencarian tersebut. ini dia hasilnya.


memang perlu sedikit ketelitian untuk menemukan tempat yang satu ini. tak ada plang nama bertengger disana. hanyalah bangunan dari batu bata berwarna putih dengan sebuah pintu kuning menyembul ditengah-tengahnya. namun tatkala melangkah ke dalam, barulah saya paham mengapa trafique coffee menjadi salah satu spot favorit terbaru kalangan urban. 

untuk ukuran sebuah coffee shop, ia tergolong luas. meski begitu, penempatan tiap-tiap meja dan tempat duduknya tidak dipaksakan untuk berdesak-desakan. maka pengunjung pun bebas memilih pojok yang diinginkan, tetap dengan privasi tersendiri. konsep minimalis yang diusungnya memiliki sentuhan vintage yang dapat dilihat dari pajangan-pajangan kuno yang tersebar di berbagai sudut.



 
pada sisi luar terdapat sebuah taman yang membuat suasana begitu asri. terlebih kala siang hari,  di mana cahaya matahari alami menerobos ke dalam. rasanya bak tengah berkunjung ke rumah seorang sahabat. atmosfer yang membalut sangatlah nyaman dan hangat.

trafique coffee berdiri atas kecintaan tim pemiliknya terhadap kopi serta keinginan untuk mengapresiasi kopi-kopi nusantara. indonesia merupakan negara penghasil kopi no. 4 di dunia, tetapi 80% produksinya lebih sering dibawa ke negara-negara luar. maka, sayang sekali jika tidak dikembangkan di dalam negeri sendiri, bukan? 


biji kopi utama yang digunakan di sini berasal dari toraja. alasan mereka memilihnya adalah berkat karakter cita rasa yang kuat, serta sensasi karamel dan after taste menyerupai dark chocolate di akhir sesapan. untuk kopi lainnya ada yang diambil dari garut, hingga dolok sanggul dari sumatera utara. usut punya usut, trafique coffee awalnya merupakan coffee warehouse, dimana aneka biji kopi diolah dari proses awal, sampai akhirnya didistribusikan ke berbagai kafe. 

mengenai nama, kafe ini diambil dari bahasa perancis ‘trafique’, yang berarti berbagai macam kejadian yang berlangsung di satu tempat. kiasan tersebut tepat menggambarkan pemandangan sehari-hari yang akrab dijumpai di gedung dua lantai ini. baik itu sekumpulan orang yang tengah bekerja, belajar, bersenda gurau, bersantai dengan laptop atau sebuah buku, hingga menambah ilmu mengenai kopi-kopi lokal.


salah satu kreasi unik para barista trafique coffee adalah lestretto, yaitu perpaduan kopi dan lemonade yang menghasilkan percikan rasa segar di mulut namun tetap dengan sentuhan kopi yang cukup kuat. sedangkan untuk minuman yang lebih ringan dan segar, silahkan tengok kreasi blended yang menggiurkan, seperti choco-peanut blended, choco-hazelnut blended, dan mocha-hazelnut blended.

rasa-rasanya tak lengkap menikmati secangkir kopi tanpa didampingi kudapan, bukan? untuk itu, trafique coffee mengantisipasinya melalui beberapa menu makanan yang tak kalah patut dicoba. misalnya oxtail cream soup (lengkap tersaji dengan baguette), crispy thai toast, sausage bread roll, dan tentunya aneka pastry dan cake cantik yang memanggil-manggil dari balik etalase kaca.


bersantai di trafique coffee sanggup membuat saya jadi lupa waktu. terlebih, suasana yang seakan tidak terikat dengan dunia luar memberikannya poin plus tersendiri. untuk yang bukan penggila kopi, tempat ini boleh juga untuk disambangi saat tengah mendambakan privasi yang teduh.


Trafique Coffee
Jl. Hang Tuah Raya No. 9
Senayan, Jakarta Selatan
Ph: 0878 8984 8004
Opening hours: 08.00 - 22.00
Price range: Rp 30.000 - Rp 55.000
Twitter: @trafiquecoffee

Tuesday, August 26, 2014

Anime Festival Asia 2014: When Anime Meets Real World

Arena Plenary Hall, Balai Sidang JCC, menjadi ajang berkumpulnya para pencinta anime, manga, dan kultur populer Jepang lainnya selama periode 15, 16, dan 17 Agustus silam. Saya pun turut ambil bagian dalam kemeriahannya.


Anime Festival Asia Indonesia (AFA ID) pertama kali digelar pada 2012 dan selalu sukses menyedot puluhan ribu pengunjung setiap tahunnya. Tahun ini, sang pencetus event, SOZO, bekerja sama dengan Zepp Live asal Jepang dan promotor lokal Marygops Studios, kembali membawanya ke Tanah Air. AFA tentu telah ditunggu-tunggu para pengunjung setianya karena rangkaian acara akbar ini merupakan salah satu medium bagi mereka untuk memuaskan hobi, berinteraksi dengan sang idola, dan menambah lingkup perkenalan dengan sesama penggemar anime atau pun manga.

Sejak hari pertama, euforia yang mengekor sudah terlihat. Sepanjang mata memandang, banyak sekali pengunjung yang tampil dalam balutan kostum karakter anime atau manga kesukaan mereka, mulai dari Shingeki No Kyojin, Kuroko No Basuke, One Piece, Naruto, K-On!, Dangan Ronpa, hingga Sailor Moon. Tak sedikit yang menunjukkan totalitas dengan turut memasang pose andalan masing-masing bak penampil cosplay ternama. Rasanya bagaikan bertemu dengan tokoh-tokoh dua dimensi tersebut di dunia nyata!


Beragam booth yang tersebar di dalam areal pameran juga menjadi daya tarik sendiri. Beberapa booth yang menjual mainan dan action figure dari judul-judul popular, seperti Gundam, Saint Seiya, dan Dragon Ball, sampai membuat garis antrean khusus karena disesaki para pembeli yang tampak tidak sabar untuk menambah koleksi mereka di rumah. Bahkan, ada juga kios-kios yang membanderol mainan-mainan tersebut dengan harga miring. Bagi pencinta manga, AFA juga menjadi ajang untuk berburu serial manga yang sedari dulu dicari-cari karena pilihan yang dijajakan amat beragam. Tersedia pula Akiba Town yang menghadirkan aneka original merchandise langsung dari Jepang.


Ada satu lagi yang menarik perhatian, yaitu AFA Café. Di sini, para pelayan kafe ‘disulap’ hingga menyerupai handsome butlers dan moe maids ala karakter manga. Mereka terdiri dari kumpulan celebrity bloggers, baik lokal maupun mancanegara, yang khusus berperan untuk AFA Café selama tiga hari penuh. Di luar itu, para pengunjung yang ingin mencari kudapan ringan akan menemui jejeran jajanan khas Negeri Sakura, seperti sushi, bento, takoyaki, okonomiyaki, hingga kakigori, es serut berwarna-warni.


Salah satu sesi acara utama meliputi meet & greet dengan cosplay superstars yang diadakan di panggung utama. Kerumunan orang pun tak mau ketinggalan mengambil foto figur-figur yang telah melanglang buana di dunia cosplay, antara lain ada Aza Miyuko (Korea Selatan), Kisaki Urumi (Jepang), Yuegene (Thailand), Hana & Baozi (Tiongkok), serta tentunya cosplayers dari negeri sendiri, yaitu Pinky Lu Xun dan Richfield.




Sedangkan, main show Anisong Concert berlangsung pada sore menjelang malam di hari kedua dan ketiga. Anisong Concert merupakan konser yang menampilkan penyanyi-penyanyi di balik soundtrack anime. Hari Sabtu diramaikan oleh EGOIST, Eir Aoi, Hachioji P, dan DJ Kazu. Sedangkan, hari Minggu ada GARNiDELiA, Luna Haruna, dan T.M. Revolution. Tiket konser yang dijual mulai dari Rp450.000,00 tampaknya ludes terjual. Para penonton terlihat puas karena akhirnya dapat menikmati suguhan live performance dari lagu-lagu pengiring anime kesukaan mereka.

Betul-betul pengalaman yang tak terlupakan. Semoga AFA ID dapat terus menjadi acara tahunan dan membawa lebih banyak lagi keseruan di kesempatan berikutnya. Ganbatte!


(photos: Doc. AFA ID)