Thursday, March 12, 2015

Paviliun 28: Ketika Kuliner dan Kesenian Menyatu

Paviliun 28 memberi kesan ‘rumah kedua’ tatkala saya melangkahkan kaki ke sana. Kesan familiar langsung menyapa meski ini merupakan kunjungan pertama. Suasana yang terbangun begitu hangat, dilengkapi riuh rendah dan canda tawa dari kelompok-kelompok pengunjung yang tersebar di berbagai meja. Kegiatan mereka bervariasi; ada yang tengah melakukan diskusi, belajar, berbagi cerita, atau pun sekadar menikmati hidangan khas Indonesia yang memang menjadi tonjolan di sini.


Pandangan pun sulit lepas dari keunikan interior yang ada. Ya, mata begitu dimanjakan dengan balutan tema jadul yang kental akan suasana 1970—1990-an. Misalkan meja dan kursi kayu sederhana bercat pastel yang sengaja diambil dari properti taman kanak-kanak, deretan lukisan bergaya retro yang terpajang di dinding bata setengah jadi, hingga sebuah televisi antik yang menampilkan program “Dunia Dalam Berita”. Wah, rasanya bagaikan nostalgia!

Sebagian besar hiasan kuno yang tampak rupanya merupakan koleksi pribadi salah satu penggagas ide Paviliun 28, yaitu sosok sutradara familiar, Eugene Panji. Sebagai sineas lokal, ia juga berniat untuk mengakomodasi kecintaan para penggemar film melalui kehadiran bioskop khusus di Paviliun 28. Ruangan bioskop ini dapat menampung hingga 30-an orang serta dilengkapi dengan layar dan sound system berkualitas layaknya bioskop umum. Pada pukul 19.00 setiap harinya, dilakukan pemutaran aneka film dengan tema yang disesuaikan per bulan. Tenang, koleksi judul-judulnya lumayan lengkap. Mulai dari film-film box office, kartun, konser musik, sampai kompilasi Warkop klasik, semua ada.


Rupanya, Paviliun 28 bekerja sama dengan kedai penyedia aneka jamu, Suwe Ora Jamu, yang juga terletak persis di seberangnya. Untuk itu, Anda akan menjumpai sebuah ‘bar’ berwarna putih di pojokan yang menyediakan berbagai ramuan jamu dengan sentuhan modern. Signature favorit ialah Green Tamarind yang terbuat dari campuran kunyit asem dan sawi. Warna hijau di balik gelas kaca itu tampak menyegarkan dan surprisingly, rasa sawi yang sempat membuat ketar-ketir tidak begitu kentara. Selain itu, ada pula Rosella yang berkarakter lembut dan masam. Selagi menyeruput jamu, sempatkan menjajal camilan jadul yang berjejer dalam toples, contohnya permen asam berselimut gula.


Nah, sekarang waktunya mengulik menu makanan berat. Bisa ditebak, mayoritas menu terdiri dari masakan rumahan yang diberi twist. Selidik punya selidik, jagoannya adalah Nasi Krengseng. Ia berupa sepiring nasi putih hangat dengan lauk potongan-potongan daging kambing goreng yang dipadukan bersama Sambal Matah khas Bali. Ingin alternatif selain kambing? Maka, Nasi Bakar patut dicoba. Nasi dengan resapan rempah-rempah itu terhidang di balik bungkusan daun pisang, ditemani ayam suwir, ikan asin jambal, dan petai. Cara masaknya dibakar di atas arang sehingga menimbulkan aroma wangi nan sedap yang langsung membuat lidah berdecap. Kreasi menarik lainnya meliputi Ketoprak Telur Asin dan Nasi Kucing Sambal Gledek. Sederhana, namun nikmat dan begitu pas dengan selera.


Setelah kenyang mengisi perut, silakan bersantai sembari menunggu jam pemutaran film dimulai. Tenang, tidak ada pungutan biaya untuk menonton film di bioskop di sini, kecuali khusus reservasi. Oh, ya, tak jarang Paviliun 28 turut berfungsi menjadi ruang rupa yang mewadahi berbagai macam pameran seni atau pun pertunjukan band dalam negeri. Di antara menjamurnya pusat perbelanjaan dan hiburan modern Ibukota, tak ada salahnya menjadikan Paviliun 28 angin segar untuk tujuan akhir pekan Anda.


(photos by: Hardiman Widjaseno)


Paviliun 28
Jln. Petogogan No.25, Gandaria Utara, Jakarta 12170
Ph: 021 72790590
Opening hours: 16.00 — 21.00
Price range: Rp 15.000,00 — Rp 40.000,00
Twitter: @paviliun_28